Kamis, 24 Oktober 2013

Sektor Usaha kecil (kutipan Wahyu, Eddy.,2010, Model Transfer Inovasi Usaha Kecil Konveksi di Tulungagung, Artikel Jurnal Pembangunan Masyarakat dan Desa, Vol. 11, No. 1, 27-40. Yogyakarta: STPMD)

Pendahuluan

Krisis yang menimpa Indonesia pada tahun 1998 telah menimbulkan kesadaran bahwa dalam perekonomian nasional sektor usaha kecil memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh struktur perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari jumlah pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) mencapai  99,8% dari total pelaku ekonomi kita, sementara sisanya, yaitu hanya 0,2% merupakan pelaku usaha besar. Sektor ini juga menyerap 88,3% total angkatan kerja Indonesia. Keseluruhan unit usaha kecil yang ada, 54% di antaranya bergerak disektor pertanian, 23% di sektor perdagangan dan 10,6% adalah unit usaha industri olahan. Fakta ini  menunjukkan pentingnya melakukan pemberdayaan usaha kecil di Indonesia (Karjantoro, 2002)
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diatur dalam UU No 20/tahun 2008 menjelaskan bahwa usaha mikro adalah usaha produksi milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Sedangkan, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh oarang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Base Line Economic Survey (BLESS) yang dilakukan Bank Indonesia (2007) berhasil mengidentifikasi 10 komodititas unggulan daerah Tulungagung diantaranya beras, cengkeh, marmer, mamin khas, batik, konveksi dan bordir, kerajinan bambu, ikan hias dan TPI, tenun dan industri rumah tangga.
Adapun yang menjadi objek pembahasan ini adalah para pengusaha kecil konveksi di Tulungagung.




Pembahasan

Sektor usaha kecil memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh struktur perekonomian nasional dalam usaha pemberdayaan usaha kecil di Indonesia.
Adapun faktor penghambat internal yang di hadapi usaha kecil di Tulungagung yaitu: pertama, sumber daya manusia (SDM); lemahnya SDM yang dimaksud bukan dari lemahnya jenis usaha kreatif masyarakat Tulungagung, namun lebih kepada bagaimana UMKM yang dikelola dapat bertahan, meningkatkan daya saing, dan dapat bersaing dalam pasar ekspor. Kendala santai, apa adanya, tidak mau bersinggungan dengan birokrasi (tidak mau ribet ngurusi NPWP), membuat pelaku usaha lebih lambat dalam merespon perubahan peta persaingan. Kedua, keterbatasan modal, karena UMKM seringkali mengeluhkan bahwa usaha mereka akan dapat berkembang jika modal yang dimiliki besar. Ketiga, manajemen tata kelola yang tradisional, nyaris tidak mengenal teknologi modern dalam berproduksi, sehingga beberapa UMKM di Tulungagung yang mampu mengakuisisi teknologi mampu meningkatkan daya saingnya. Beberapa UMKM yang tidak mampu mengakuisisi teknologi bekerja dengan durasi kerja lebih lama, produktivitasnya rendah, dan harga yang tidak kompetitif. Keempat, kendala pemasaran yakni, rendahnya akses pasar, lemahnya sistem informasi pemasaran membuat UMKM kesulitan dalam mengembangkan pemasaran produknya. Seringkali pelaku usaha mengetahui bahwa produknya diperlukan didaerah tertentu, namun mereka kesulitan untuk masuk ke daerah tersebut karena sudah ada produk pesaing. Kelima, penyediaan bahan baku, kesulitan atau hambatan yang sebenarnya terjadi bukan pada kesulitan mengakseskan bahan baku, namun bagaimana mendapatkan bahan baku yang murah/terjangkau dari sisi harga. Karena seringkali bahan baku produksi harus didatangkan dari luar Tulungagung, sehingga berat di ongkos produksi contohnya: meskipun campur darat/besole terkenal dengan marmer dan Onyx, namun sebagian besar batu Onyx masih didatangkan dari Bawean. Juga kulit untuk sabuk, dompetdan tas, masih mengambil dari Surabaya. Industri logam, sebagian masih tergantung kepada limbah industri dari Surabaya. Keenam, kebutuhan Sistem Informasi Manajemen (SIM); pelaku usaha merasa belum perlu menggunakan sistem informasi yang rapi atau modern berbasis teknologi, alasannya sederhana, dengan kondisi seperti yang ada saja sudah bisa jalan, buat apa beli alat kalau hasilnya sama saja.
Ditinjau dari pendekatan eksternal faktor penghambat dalam pengembangan UMKM di Tulungagung adalah: pertama, persaingan, banyak sektor unggulan UMKM di Tulungagung juga dijumpai di daerah lain. Misalnya batu Onyx, darri Bawean. Juga untuk produk makanan, misal jajanan memiliki kemiripan dengan daerah lain seperti Madiun, Trenggalek, Blitar dan Ponorogo. Apalagi produk logam, kerajinan bambu, kulit dan sebagainya. Kedua, ACFTA, peran kebijakan pemerintah yang memberikan kebebasan pajak bagi produk impor dari China membuat UMKM banyak terpukul. Sebelum ada kebijakan tersebut saja, UMKM lokal sudah merasa tersaingi, apalagi sekarang dengan kebijakan tersebut, produk China akan semakin membanjiri, karena murah. Beberapa sektor UMKM yang tersaingi secara langsung adalah industri konveksi, batik, dan logam. Meskipun dari sisi kualitas produk lokal masih mampu bersaing, bahkan lebih unggul. Namun kenyataannya, pembeli tidak begitu paham terhadap kualitas, tetapi lebih kepada harga yang murah. Ketiga, ancaman langsung produk China, mulai dari mainan, makanan, alat-alat rumah tangga menjadi hambatan sekaligus tantangan UMKM untuk meningkatkan daya saingnya dengan nilai kekhasan yang mampu memberikan deferensiasi produk di mata konsumen.
Faktor pertumbuhan dengan pendekatan internal yaitu pertama, dengan menumbuhkan kesadaran pelaku usaha tentang pentingnya inovasi, inovasi menjadi strategi fundamental dalam meningkatkan keunggulan kompetitif usaha kecil, inovasi dalam menghasilkan ide kreatif dengan membuat desain sendiri (market created), kemasan, pemasaran. Inovasi model desain konveksi dapat didapatkan melalui ide-ide spontan yang muncul. Namun yang penting, usaha konveksi memang dituntut untuk menghasilkan desain/model baru yang memungkinkan diminati oleh konsumen. Inovasi dalam hal desain motif dari baju-baju yang dihasilkan. Berdasarkan hasil riset, pelaku usaha yang memiliki kesadaran tinggi untuk melakukan inovasi akan dapat bertahan dan meningkatkan daya saingnya. Kedua, memberikan aspek pembelajaran kepada karyawan agar ide kreatif yang menjadi basis inovasi tidak akan pernah habis. Saat ini pelaku usaha sering hanya mengandalkan aspek kreativitas untuk berinovasi dari dirinya sendiri, dengan tidak memperhatikan ide karyawan. Padahal tidak jarang karyawan mampu belajar terhadap perkembangan mode/desain sehingga dapat di akomodir menjadi idea generation yang menjadi kekuatan desain bagi usaha konveksi yang dikelola UMKM. Ketiga, usaha kecil berupaya melakukan penelitian/riset sendiri, meskipun dengan tingkatan yang sederhana. Dapat dilakukan dengan melakukan survey ke pasar-pasar besar yang ada di Surabaya ataupun Jakarta, memantau perkembangan mode dari televisi atau majalah. Setidaknya dengan riset kecil yang dilakukan, pelaku usaha sadar bahwa produknya akan mampu bersaing dengan inovasi. Keempat, usaha konveksi juga dituntut dengan senantiasa menganalisis kondisi permintaan dipasar, artinya orientasi terhadap kebutuhan konsumen menjadi alternatif usaha konveksi dapat meningkatkan daya saingnya. Akses pasar menjadi kunci keberhasilan usaha konveksi. Link/jaringan usaha sangat mahal harganya. Mereka akan berusaha menjaga kerahasiaan akses pasar tersebut, dan berupaya menjaga kepercayaan dengan mitra usaha mereka.
Dengan pendekatan eksternal faktor pertumbuhannya dapat dilakukan dengan: pertama, peran Universitas sebagai lembaga yang melakukan feasibility studies terhadap keberadaan UMKM di pemerintahan daerah. Universitas juga potensial dalam melakukan riset terhadap efektivitas bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Optimalisasi universitas lokal dirasa dapat lebih memberi makna sinergisitas kerjasama antara universitas dengan UMKM. Pendampingan dan pelatihan terhadap persepi masyarakat tentang pendidikan serta pembinaan dalam hal manejemen persediaan keuangan yang akan berdampak pada pola manajerial usaha konveksi yang selama ini cenderung tradisional. Kedua, Pemda sebagai fasilitator yang menjembatani kepentingan perusahaan besar terhadap kebutuhan UMKM, karena bagaimana pun peran pemerintah sebagai pembuat regulasi dan kewajiban pemerintah memberikan kesempatan yang adil dan melindungi kepentingan UMKM menjadi penting untuk ada. Ketiga, peran Dinkop UKM yang lain adalah melakukan pembinaan kepada pelaku usaha, lebih kepada manajemen usaha kecil maupun sistem informasi, sedangkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan lebih kepada aspek teknis. Bantuan yang dilakukan Dinkop dalam manajemen UMKM adalah bantuan penyusunan laporan keuangan dan pengarahan perijinan. Keempat, peran perbankan dalam memberikan pelatihan manajerial dan keuangan. Pola peran perbankan dapat bersinergi dengan universitas lokal dan Pemda dalam mengajak pelaku usaha konveksi untuk membenahi manajerialnya, diberikan pelatihan tentang manajemen usaha, dan menjadi lebih berani untuk mengambil resiko mengambil kredit bank dengan pola pembayaran yang fleksibel. Kesulitan akses permodalan lebih disebabkan lemahnya jaminan dan kebangkrutan karena pengelolaan yang amburadul.











Daftar Pustaka
Wahyu, Eddy.,2010, Model Transfer Inovasi Usaha Kecil Konveksi di Tulungagung, Artikel Jurnal Pembangunan Masyarakat dan Desa, Vol. 11, No. 1, 27-40. Yogyakarta: STPMD


Kamis, 07 Maret 2013

Review Jurnal


Pendahuluan

Krisis yang menimpa Indonesia pada tahun 1998 telah menimbulkan kesadaran bahwa dalam perekonomian nasional sektor usaha kecil memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh struktur perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari jumlah pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) mencapai  99,8% dari total pelaku ekonomi kita, sementara sisanya, yaitu hanya 0,2% merupakan pelaku usaha besar. Sektor ini juga menyerap 88,3% total angkatan kerja Indonesia. Keseluruhan unit usaha kecil yang ada, 54% di antaranya bergerak disektor pertanian, 23% di sektor perdagangan dan 10,6% adalah unit usaha industri olahan. Fakta ini  menunjukkan pentingnya melakukan pemberdayaan usaha kecil di Indonesia (Karjantoro, 2002)
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diatur dalam UU No 20/tahun 2008 menjelaskan bahwa usaha mikro adalah usaha produksi milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Sedangkan, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh oarang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Base Line Economic Survey (BLESS) yang dilakukan Bank Indonesia (2007) berhasil mengidentifikasi 10 komodititas unggulan daerah Tulungagung diantaranya beras, cengkeh, marmer, mamin khas, batik, konveksi dan bordir, kerajinan bambu, ikan hias dan TPI, tenun dan industri rumah tangga.
Adapun yang menjadi objek pembahasan ini adalah para pengusaha kecil konveksi di Tulungagung.

  
Pembahasan

Sektor usaha kecil memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh struktur perekonomian nasional dalam usaha pemberdayaan usaha kecil di Indonesia.
Adapun faktor penghambat internal yang di hadapi usaha kecil di Tulungagung yaitu: pertama, sumber daya manusia (SDM); lemahnya SDM yang dimaksud bukan dari lemahnya jenis usaha kreatif masyarakat Tulungagung, namun lebih kepada bagaimana UMKM yang dikelola dapat bertahan, meningkatkan daya saing, dan dapat bersaing dalam pasar ekspor. Kendala santai, apa adanya, tidak mau bersinggungan dengan birokrasi (tidak mau ribet ngurusi NPWP), membuat pelaku usaha lebih lambat dalam merespon perubahan peta persaingan. Kedua, keterbatasan modal, karena UMKM seringkali mengeluhkan bahwa usaha mereka akan dapat berkembang jika modal yang dimiliki besar. Ketiga, manajemen tata kelola yang tradisional, nyaris tidak mengenal teknologi modern dalam berproduksi, sehingga beberapa UMKM di Tulungagung yang mampu mengakuisisi teknologi mampu meningkatkan daya saingnya. Beberapa UMKM yang tidak mampu mengakuisisi teknologi bekerja dengan durasi kerja lebih lama, produktivitasnya rendah, dan harga yang tidak kompetitif. Keempat, kendala pemasaran yakni, rendahnya akses pasar, lemahnya sistem informasi pemasaran membuat UMKM kesulitan dalam mengembangkan pemasaran produknya. Seringkali pelaku usaha mengetahui bahwa produknya diperlukan didaerah tertentu, namun mereka kesulitan untuk masuk ke daerah tersebut karena sudah ada produk pesaing. Kelima, penyediaan bahan baku, kesulitan atau hambatan yang sebenarnya terjadi bukan pada kesulitan mengakseskan bahan baku, namun bagaimana mendapatkan bahan baku yang murah/terjangkau dari sisi harga. Karena seringkali bahan baku produksi harus didatangkan dari luar Tulungagung, sehingga berat di ongkos produksi contohnya: meskipun campur darat/besole terkenal dengan marmer dan Onyx, namun sebagian besar batu Onyx masih didatangkan dari Bawean. Juga kulit untuk sabuk, dompetdan tas, masih mengambil dari Surabaya. Industri logam, sebagian masih tergantung kepada limbah industri dari Surabaya. Keenam, kebutuhan Sistem Informasi Manajemen (SIM); pelaku usaha merasa belum perlu menggunakan sistem informasi yang rapi atau modern berbasis teknologi, alasannya sederhana, dengan kondisi seperti yang ada saja sudah bisa jalan, buat apa beli alat kalau hasilnya sama saja.
Ditinjau dari pendekatan eksternal faktor penghambat dalam pengembangan UMKM di Tulungagung adalah: pertama, persaingan, banyak sektor unggulan UMKM di Tulungagung juga dijumpai di daerah lain. Misalnya batu Onyx, darri Bawean. Juga untuk produk makanan, misal jajanan memiliki kemiripan dengan daerah lain seperti Madiun, Trenggalek, Blitar dan Ponorogo. Apalagi produk logam, kerajinan bambu, kulit dan sebagainya. Kedua, ACFTA, peran kebijakan pemerintah yang memberikan kebebasan pajak bagi produk impor dari China membuat UMKM banyak terpukul. Sebelum ada kebijakan tersebut saja, UMKM lokal sudah merasa tersaingi, apalagi sekarang dengan kebijakan tersebut, produk China akan semakin membanjiri, karena murah. Beberapa sektor UMKM yang tersaingi secara langsung adalah industri konveksi, batik, dan logam. Meskipun dari sisi kualitas produk lokal masih mampu bersaing, bahkan lebih unggul. Namun kenyataannya, pembeli tidak begitu paham terhadap kualitas, tetapi lebih kepada harga yang murah. Ketiga, ancaman langsung produk China, mulai dari mainan, makanan, alat-alat rumah tangga menjadi hambatan sekaligus tantangan UMKM untuk meningkatkan daya saingnya dengan nilai kekhasan yang mampu memberikan deferensiasi produk di mata konsumen.
Faktor pertumbuhan dengan pendekatan internal yaitu pertama, dengan menumbuhkan kesadaran pelaku usaha tentang pentingnya inovasi, inovasi menjadi strategi fundamental dalam meningkatkan keunggulan kompetitif usaha kecil, inovasi dalam menghasilkan ide kreatif dengan membuat desain sendiri (market created), kemasan, pemasaran. Inovasi model desain konveksi dapat didapatkan melalui ide-ide spontan yang muncul. Namun yang penting, usaha konveksi memang dituntut untuk menghasilkan desain/model baru yang memungkinkan diminati oleh konsumen. Inovasi dalam hal desain motif dari baju-baju yang dihasilkan. Berdasarkan hasil riset, pelaku usaha yang memiliki kesadaran tinggi untuk melakukan inovasi akan dapat bertahan dan meningkatkan daya saingnya. Kedua, memberikan aspek pembelajaran kepada karyawan agar ide kreatif yang menjadi basis inovasi tidak akan pernah habis. Saat ini pelaku usaha sering hanya mengandalkan aspek kreativitas untuk berinovasi dari dirinya sendiri, dengan tidak memperhatikan ide karyawan. Padahal tidak jarang karyawan mampu belajar terhadap perkembangan mode/desain sehingga dapat di akomodir menjadi idea generation yang menjadi kekuatan desain bagi usaha konveksi yang dikelola UMKM. Ketiga, usaha kecil berupaya melakukan penelitian/riset sendiri, meskipun dengan tingkatan yang sederhana. Dapat dilakukan dengan melakukan survey ke pasar-pasar besar yang ada di Surabaya ataupun Jakarta, memantau perkembangan mode dari televisi atau majalah. Setidaknya dengan riset kecil yang dilakukan, pelaku usaha sadar bahwa produknya akan mampu bersaing dengan inovasi. Keempat, usaha konveksi juga dituntut dengan senantiasa menganalisis kondisi permintaan dipasar, artinya orientasi terhadap kebutuhan konsumen menjadi alternatif usaha konveksi dapat meningkatkan daya saingnya. Akses pasar menjadi kunci keberhasilan usaha konveksi. Link/jaringan usaha sangat mahal harganya. Mereka akan berusaha menjaga kerahasiaan akses pasar tersebut, dan berupaya menjaga kepercayaan dengan mitra usaha mereka.
Dengan pendekatan eksternal faktor pertumbuhannya dapat dilakukan dengan: pertama, peran Universitas sebagai lembaga yang melakukan feasibility studies terhadap keberadaan UMKM di pemerintahan daerah. Universitas juga potensial dalam melakukan riset terhadap efektivitas bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Optimalisasi universitas lokal dirasa dapat lebih memberi makna sinergisitas kerjasama antara universitas dengan UMKM. Pendampingan dan pelatihan terhadap persepi masyarakat tentang pendidikan serta pembinaan dalam hal manejemen persediaan keuangan yang akan berdampak pada pola manajerial usaha konveksi yang selama ini cenderung tradisional. Kedua, Pemda sebagai fasilitator yang menjembatani kepentingan perusahaan besar terhadap kebutuhan UMKM, karena bagaimana pun peran pemerintah sebagai pembuat regulasi dan kewajiban pemerintah memberikan kesempatan yang adil dan melindungi kepentingan UMKM menjadi penting untuk ada. Ketiga, peran Dinkop UKM yang lain adalah melakukan pembinaan kepada pelaku usaha, lebih kepada manajemen usaha kecil maupun sistem informasi, sedangkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan lebih kepada aspek teknis. Bantuan yang dilakukan Dinkop dalam manajemen UMKM adalah bantuan penyusunan laporan keuangan dan pengarahan perijinan. Keempat, peran perbankan dalam memberikan pelatihan manajerial dan keuangan. Pola peran perbankan dapat bersinergi dengan universitas lokal dan Pemda dalam mengajak pelaku usaha konveksi untuk membenahi manajerialnya, diberikan pelatihan tentang manajemen usaha, dan menjadi lebih berani untuk mengambil resiko mengambil kredit bank dengan pola pembayaran yang fleksibel. Kesulitan akses permodalan lebih disebabkan lemahnya jaminan dan kebangkrutan karena pengelolaan yang amburadul.





Daftar Pustaka
Wahyu, Eddy.,2010, Model Transfer Inovasi Usaha Kecil Konveksi di Tulungagung, Artikel Jurnal Pembangunan Masyarakat dan Desa, Vol. 11, No. 1, 27-40. Yogyakarta: STPMD

Orientasi Referensi


1. Kumpulan Beberapa Pengertian

A. PENGANTAR ILMU EKONOMI

1). Pengertian Ilmu Ekonomi

Albert L. Meyers mengemukakan dalam bukunya “ Grondslagen van de modern economie” bahwa: Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan manusia.
Menurut Prof. DR. J. L Mey J. R. ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha manusia ke arah kemakmuran.

2). Manusia Ekonomi

Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, manusia butuh uang. Untuk mendapatkan uang, manusia harus bekerja. Setelah bekerja dan mendapatkan uang, uang itu kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Di samping itu, uang tersebut ditabung untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Jadi, manusia selalu penuh perhitungan dalam hidupnya. Karena itulah manusia disebut makhluk ekonomi (homo economicus) karena manusia selalu memikirkan upaya untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi.
Sebagai makhluk ekonomi, manusia selalu bertindak rasional yaitu selalu memperhitungkan sebab akibat dalam mengambil suatu keputusan dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sehingga tidak merugikan dirinya sendiri.

3). Prinsip Ekonomi

Prinsip ekonomi merupakan pedoman untuk melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal. Prinsip Ekonomi ialah usaha dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan barang atau jasa sebesar-besarnya . Prinsip tersebut memang seakan-akan memperlihatkan bahwa tidak ada kata rugi dalam kegiatan ekonomi manusia.

4). Macam Kegiatan Ekonomi

Kegiatan Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa. Contoh : pabrik batre yang memproduksi batu baterai, tukang mie ayam yang membuat mie yamin, tukang pijet yang memberikan pelayanan jasa pijat dan urut kepada para pelanggannya, dan lain sebagainya.
Kegiatan Konsumsi
Konsumsi adalah suatu aktifitas memakai atau menggunakan suatu prosuk barang atau jasa yang dihasilkan oleh para produsen. Perusahaan atau perseorangan yang melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen. Contoh konsumsi dalam kehidupan kita sehari-hari seperti membeli jamu tolak angin di toko jamu, pergi ke dokter hewan ketika iguana kita sakit keras, makan di mcd , main dingdong, dan sebagainya
Kegiatan Distribusi
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan atau menyebarkan produk barang atau jasa dari produsen kepada konsumen pemakai. Perusahaan atau perseorangan yang menyalurkan barang disebut distributor. Contoh distribusi seperti penyalur sembako, penyalur barang elektronik, penyalur pembantu, biro iklan, dan lain-lain.

5). Pergerakan Kegiatan Ekonomi

Apa yang menjadi factor utama penggerak kegiatan ekonomi dan bagaimana kegiatan suatu perekonomian dapat berkembang?

Yang menjadi faktor utama penggerak ekonomi adalah kebutuhan. Kebutuhan ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan keinginan manusia, baik itu kebutuhan rohani maupun jasmani yang dimana tingkat kebutuhan seseorang dengan yang lainnya berbeda dan dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan suatu masyarakat.
Kebutuhan manusia timbul dari:
a)      Kebutuhan biologis untuk hidup
b)      Kebutuhan akibat peradaban dan kebudayaan manusia
c)      Kebutuhan yang khas dari perorangan

6).   Usaha Kegiatan Produksi

Usaha kegiatan produksi adalah suatu usaha atau aktifitas yang membuat dan memproses sesuatu barang baik jadi maupun setengah jadi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan biasanya pelaku kegiatan ini, seperti Industri, UKM yang memproduksi untuk kebutuhan manusia.

7).   Pokok-Pokok Permasalahan Perekonomian

3 Masalah Pokok
·      Barang dan jasa apakah yang akan dihasilkan pada suatu periode?
Sebagai contoh di Negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dapat dipilih:Barang produksi: mesin, kapal, traktordan alat-alat lainnya,atau pabrikpupuk, pabrik semen dlln. Barang konsumsi: tekstil, lemari es, sedan bahan makan. Hal ini dilakukan oleh Negara maju karena dinegara maju rakyat hidup diatas garis kemiskinan. Sedangkan di Negara yang berkembang/ terbelakang yang pada umumnya rakyat hidup pda kemiskinan, dibawah garis kemiskinan, barang yang dihasilkan biasanya untuk memenuhi kebutuhan pokok(Basic Needs), seperti: bahan makan.
·     Bagaimana memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa yang sudah dipilih itu?
Hal ini meliputi:
a.    Siapa yang memproduksi?
Di Indonesia produksi jasa public dikerjakan oleh pemerintah misalnya air dan listrik, tekstil oleh swasta nasional dan asing , barang tambang dikerjakan oleh sebagian pemerintah dan sebagian asing. Jasa pendidikan dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
b.    Berapa banyak sumber produksi yang digunakan dan jumlah barang yang dihasilkan?
Apabila barang-barang dan jasa banyak dibutuhkan  masyarakat  luas, maka barang dan jasa harus diproduksi dalam jumlah banyak. Contoh : Di Indonesia sebagian besar menggunakan beras sebagai makanan pokok, maka padi yang diproduksi juga harus banyak.
c.    Jenis teknologi apa yang digunakan?
Ketika pelaku ekonomi memilih peralatan yang besar, maka modal yang diperlukan juga besar, produk yang dihasilkan banyak, tetapi jumlah tenaga kerja manusia yang digunakan sedikit (pengangguran makin banyak), mutu barang baik dan harga barang tinggi, berani bersaing di pasar lokal maupun pasar dunia.
d.    Berapa harga barang dan jasa yang dihasilkan?
Harga barang dan jasa yang dihasilkan memadai atau tidak, artinya dapat dijangkau oleh masyarakat luas atau tidak. Misalnya: Tarip dokter umum mahal, maka didirikan Puskesmas yang tarip pengobatannya murah sehingga terjangkau oleh masyarakat.
·    Untuk siapa barang-barang dan jasa-jasa  itu dibuat? Atau siapa yang menikmati barang dan jasa yang dihasilkan?
Barang-barang dan jasa-jasa ada yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang, ada pula yang hanya dapat dimanfaatkan leh sebagian orang saja. Apabila barang dan jasa dapat dimanfaatkan oleh semua orang, maka tidak  akan timbul perbedaan antara si kaya dengan si miskin. Contoh : rumah tipe 90, hanya dapat dimanfaatkan oleh golongan masyarakat menengah keatas. Rumah susun sangat sederhana dapat dimanfaatkan golongan yang kurang mampu.

B. Teori Ekonomi mencangkup: Ekonomi Mikro, Ekonomi Makro

Ilmu ekonomi mikro adalah ilmu yang mempelajari cara sumber-sumber daya dialokasikan pada sesuatu perekonomian melalui sistem pasar dan hal tersebut mencakup studi secara terinci tentang perusahaan-perusahaan, industri-industri dan hubungan antara pemerintah dengan individu. Ekonomi mikro antara lain mempelajari motivasi dunia usaha, biaya-biaya, teori permintaan, fungsi permintaan, elastisitas, pertumbuhan perusahaan, input-output, lokasi industri, model pasar, teori produksi.
Ilmu ekonomi makro adalah ilmu yang terutama mempersoalkan totalitas-totalitas ekonomi (Economic aggregate) atau perekonomian secara keseluruhan. Ilmu ekonomi makro bersangkutan dengan pengangguran, inflasi, pendapatan nasional, neraca pembayaran, fungsi konsumsi, kesempatan Kerja, kebijakan fiscal, investasi dalam perekonomian, inflasi, politik moneter, persoalan konjungtur.

C. Sejarah Perekonomian  Indonesia sebelum penjajahan, masa penjajahan, dan setelah penjajahan.

Perekonomian Indonesia dibagi menjadi 3 jaman, yaitu:
a.       Sebelum masa penjajahan
Orang hidup dalam masyarakat primitive. Masyarakat primitive ialah masyarakat sederhana, di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya belum mengalami perkembangan yang berarti, bahkan terbatas hanya berhubungan dengan usaha mencari dan menghasilkan bahan makanan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri(subsisten). Sehingga hasil produksi yang dihasilkan oleh masyarakat primitif masih sangat rendah. Masyarakat primitif umumnya memiliki mata pencaharian bercocok tanam dan berburu karena belum mengenalnya sistem jual beli ataupun barter. Sehingga saling ketergantungan antara satu sama lainnya disini hampir tidak pernah terjadi mereka lebih mementingkan masalah mereka masing-masing. Alat-alat yang di gunakan dan caranya masih sangat sederhana, seperti banyak ditemukannya artefak dalam kehidupan jaman dulu. di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya belum mengalami perkembangan yang berarti.
b.      Masa penjajahan
Dimasa penjajahan ini begitu luar biasa sejarah prekonomian yang dilalui, baik dijaman VOC, jaman BELANDA, jaman INGGRIS, dan pada jaman JEPANG.
·                           Sistem merkantilisme ala VOC (1600-1800)
·                           Monopoli Negara ala sistem tanam paksa (1800-1870)
·                           Sistem ekonomi kapitalis liberal (1870-1945)
Petani dan rakyat menjadi penyumbang terbesar bagi keberhasilan penjajahan Belanda di Indonesia selama 350 tahun.Bahkan rakyat belanda menjadi kaya dan rakyat Indonesia menjadi kuli terutama orang miskin. Jelas, eksploitasi kolonialisme-liberalisme dan imperialisme terhadap Indonesia meruakan penyebab utama kemiskinan.
Hanya kemerdekaan yang dapat memberikan kebebasan  rakyat Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan.
c.       Sejarah prekonomian setelah penjajahan
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan oleh :
·                     Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI. Kas negara kosong.
Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain : Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
·                     Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).

D. Struktur Kehidupan Masyarakat Indonesia.

Meliputi 3 proses yaitu:
1. Proses produksi proses untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan.Contoh: memproduksi mie ayam oleh tukang mie ayam.
2. Proses distribusi proses untuk menyalurkan atau menyebarkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Contoh: penyaluran sembako dari agen ke toko-toko eceran.
3. Proses konsumen proses pemakaian atau penggunaan suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan dari produsen. Contoh: makan di mc d, memakai sampo yang telah di buat dipabrik dan di beli ditoko.

E. Pengertian Ekonomi Kerakyatan (Implementasi dari Pasal 33 UUD 1945)

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi nasional yang demokratis dan benar-benar sesuai sistem nilai bangsa Indonesia (sistem ekonomi atau aturan main yang kita buat sendiri) dalam upaya mewujudkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Serta tatalaksana ekonomi yang penyelengaraannya memberi dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil.

F. Pengertian Ekonomi Rakyat

Ekonomi rakyat ialah kancah kegiatan ekonomi orang kecil (wong cilik), yang karena merupakan kegiatan keluarga, tidak merupakan usaha formal yang berbau hukum, tidak secara resmi diakui sebagai sektor ekonomi yang berperanan penting dalam perekonomian nasional. Bentuk ekonomi rakyat mencangkup nelayan, sektor informal, petani, buruh,dlln.

G. Berbagai Sistem Ekonomi

a.       Sistem ekonomi Tradisional
Sistem ekonomi ini merupakan sistem ekonomi yang dijalankan secara bersama untuk kepentingan bersama sesuai dengan tata cara yang biasa ditempuh oleh nenek moyang sebelumnya.Dalam sistem ini segala kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan dipenuhi sendiri oleh masyarakat itu sendiri. Ciri- ciri dari sistem ekonomi tradisional :
1.            Teknik produksi dipelajari secara turun temurun dan bersifat sederhana.
2.            Hanya sedikit menggunakan modal
3.            Pertukaran dilakukan dengan system barter.
4.            Belum mengenal pembagian kerja
5.            Tanah sebagai tumpuan kegiatan produksi dan sumber kemakmuran
b.      Sistem ekonomi kapitalis
Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem prekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan prekonomian seperti memproduksi barang , menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam hal ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlansungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
c.       Sistem ekonomi sosialisme
Sistem ekonomi sosialis adalah suatu sistem ekonomi dengan kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik dengan tindakan otoritas demokrasi terpusat, dan kepadanya prolehan produksi  kekayaan yang lebih baik dari pada yang kini berlaku sebagaimana mestinya diarahkan. Sistem ini berpandangan bahwa  kemakmuran individu hanya mungkin tercapai bila berpondasikan kemakmuran bersama.
d.      Sistem ekonomi Campuran
Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem kapitalis dan sistem sosialis, yang mengambilkan garis tengah antara kebebasan dan pengendalian, yang berarti garis tengah antara peran mutlak Negara/ kolektif dan peran menonjol individu. . Ciri – ciri sistem ekonomi campuran :
§    Kegiatan ekonomi dilakukan oleh pemerintah dan swasta
§    Transaksi ekonomi terjadi dipasar dan ada campur tangan pemerintah
§    Ada persaingan serta masih ada control dari pemerintah
e.       Latar belakang pentingnya sistem ekonomi bagi suatu Negara
Sistem ekonomi adalah sistem yang di gunakan oleh suatu Negara untuk mengalokasikan sumber daya yang di milikinya baik kepada individu maupun organisasi dinegara tersebut, sistem prekonomian juga dapat diartikan sebagai cara suatu bangsa atau Negara untuk mengatur kehidupan ekonominya agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya.

2. Sintesa Dari Pegertian-Pengertian di Atas

Sistem perekonomian di Indonesia sudah ada, atau dimulai sejak bangsa Indonesia masih berbentuk Kerajaan. Dimana pada masa itu masih dilakukan monopoli berdasar kekeuasaan kerajaan. Namun sejalan mulainya penjelahan oleh bangsa barat maka sistem di Indonesia sedikit banyak mulai terpengaruhi.
Perkembangan sistem ini dimulai dari jaman penjajahan Belanda dimana sistem imperialisme di terapkan sampai pada akhir masa penjajahan jepang dimana sistem perekonomian masih digerakkan oleh bangsa penjajah.
Setelah merdeka, bangsa Indonesia sudah berulang kali mengubah sistem yang dipakai dalam mengatur perekonomiannya. Dari sistem Liberal, kemudian Komandao (komunisme) sampai memasuki orde baru. Pada orde baru ini terdapat perubahan yang signifikan (kemajuan) yang dialami oleh bangsa Indonesia dari segi kemakmuran rakyatnya, dimana pada masa ini menggunakan Program Repelita. Namun ketika tahun 1999 terjadi reformasi baik dari sistem politik maupun ekonomi.
Pada akhirnya bangsa Indonesia sampai dengan sekarang ini menggunakan sistem Perekonomian pancasila atau kerakyatan dimana tujuan dari perekonomian ini adalah tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Serta tatalaksana ekonomi yang penyelengaraannya memberi dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil. Dan rakyat-rakyat kecil itulah yang sebagai pelaku-pelaku ekonomi. Yang mencakup nelayan, sektor informal, petani, buruh, dan lain-lain.
Pengertian ilmu ekonomi menurut saya adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam persoalan kebutuhan dan pemuasnya kearah kemakmuran. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, manusia butuh uang. Untuk mendapatkan uang, manusia harus bekerja. Sehingga uang itu kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Di samping itu, uang tersebut ditabung untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Jadi, manusia disebut makhluk ekonomi (homo economicus) karena manusia selalu bertindak rasional yaitu selalu memperhitungkan sebab akibat dalam mengambil suatu keputusan dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sehingga tidak merugikan dirinya sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi.
Prinsip ekonomi ialah usaha dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Serta terdapat macam-macam kegiatan ekonomi berupa kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi. Kegiatan produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa. Contoh : pabrik batre yang memproduksi batu baterai. Kegiatan konsumsi adalah suatu aktifitas memakai atau menggunakan suatu prosuk barang atau jasa yang dihasilkan oleh para produsen. Perusahaan atau perseorangan yang melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen. Contoh konsumsi dalam kehidupan kita sehari-hari seperti membeli jamu tolak angin di toko jamu. Kegiatan Distribusi adalah kegiatan menyalurkan atau menyebarkan produk barang atau jasa dari produsen kepada konsumen pemakai. Perusahaan atau perseorangan yang menyalurkan barang disebut distributor. Contoh distribusi seperti penyalur sembako, penyalur pembantu, biro iklan, dan lain-lain. Dalam kegiatan ekonomi terdapat faktor penggerak yang sangat dasar yaitu kebutuhan. Kebutuhan manusia timbul dari kebutuhan biologis, kebutuhan akibat peradaban dan kebudayaan manusia, dan kebutuhan yang khas dari perorangan.
Setelah membahas penggerak kegiatan ekonomi terdapat usaha kegiatan  produksi. Usaha kegiatan produksi ialah suatu usaha atau aktifitas yang membuat dan memproses sesuatu barang baik jadi maupun setengah jadi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan biasanya pelaku kegiatan ini, seperti Industri, UKM yang memproduksi untuk kebutuhan manusia.
Kemudian terdapat 3 masalah pokok permasalahan perekonomian yaitu Apa yang harus diproduksikan dan dalam jumlah berapa? Bagaimana sumber-sumber ekonomi/faktor produksi yang tersedia harus dipergunakan barang-barang tersebut? Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksikan atau bagaimana barang-barang tersebut dibagikan diantara warga masyarakat?
Terdapat teori ekonomi yang mencangkup ekonomi mikro dan ekonomi makro . Ekonomi mikro mempelajari motivasi dunia usaha, biaya-biaya, teori permintaan, fungsi permintaan, elastisitas, pertumbuhan perusahaan, input-output, lokasi industri, model pasar, teori produksi. Dan ilmu ekonomi makro bersangkutan dengan pengangguran, inflasi, pendapatan nasional, neraca pembayaran, fungsi konsumsi, kesempatan Kerja, kebijakan fiscal, investasi dalam perekonomian, inflasi, politik moneter, persoalan konjungtur. Terkait dengan teori, tidak lepas dari sistem-sistem ekonomi. Sistem-sistem ekonomi yaitu tradisional, kapitalis, sosialisme, dan campuran.
Dan inti permasalahan ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataaan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Struktur kehidupan ekonomi meliputi 3 proses yaitu : proses produksi, proses konsumsi dan proses distribusi.